Penguatan ini sangat penting bagi Indonesia agar tidak dipandang sebelah mata oleh negara tetangga.
Feed.merdeka.com - Peralatan perang milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) mulai usang. Sejumlah prajurit terpaksa meregang nyawa akibat alat-alat mereka tidak berfungsi, atau tidak dapat digunakan.
Pasca-embargo yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat, Indonesia kembali memperkuat sistem pertahanannya. Mulai dari senjata yang dipakai, hingga membeli peralatan pendukung lainnya.
Pada 2013 lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui anggaran pertahanan yang diajukan pemerintah, yakni sebesar Rp 76,5 triliun atau sekitar USD 8,2 miliar. Angka itu kembali meningkat di tahun 2014 menjadi sebesar Rp 83,4 triliun.
Tidak ingin terbuang sia-sia, sejumlah peralatan modern pun dibeli. Tiga matra pertahanan juga diperkuat dengan pembelian tank, pesawat dan kapal.
Leopard 2A4 revolution
Leopard Revolution atau Ri merupakan varian terbaru sekaligus pengembangan dari Leopard 2A4. Tank ini diproduksi pabrik persenjataan berat Jerman, Rheinmetall.
Diperkenalkan pada 2010, Leopard 2A4 sendiri adalah salah satu varian Leopard 2 yang paling banyak diproduksi dan dipakai di banyak negara dalam jumlah besar. Kelebihan paling nyata terdapat pada lapisan pelindung karena sifatnya yang mudah dibongkar pasang, berbagai serangan musuh yang merusak lapisan tersebut bisa diganti dengan yang baru, atau sesuai dengan kebutuhan.
Lapisan pelindung Revolution menggunakan komposit Advanced Modular Armor Protection (AMAP). Lapisan ini terdiri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy. Meski demikian, lapisan ini memiliki konsekuensinya yaitu bobot tank yang bertambah hingga menjadi lebih kurang 60 ton.
Revolution menggunakan meriam L44 smoothbore kaliber 120 mm sebagai senjata utama. Meriam ini bisa menggunakan semua varian peluru standar NATO, dan mampu membawa amunisi sebanyak 42 butir. 15 Peluru dalam kondisi siap tembak tersimpan di kubah meriam (mengisi otomatis), sementara sisanya tersimpan di bagian dalam bodi.
Sebagai tambahan daya gempur dan pertahanan diri ringan, tank yang diawaki 4 orang ini dilengkapi senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang dioperasikan dengan remot kontrol sehingga awak tak perlu keluar. Sepucuk senapan mesin kaliber 7,62 terpasang sejajar dengan meriam.
Dari segi mesin, Revolution tetap menggunakan tipe mesin yang sama dengan 2A4 yaitu mesin diesel turbocharge MTU MB837 Ka501 yang berkekuatan 1.500 hp (tenaga kuda), yang membuatnya bisa mencapai kecepatan hingga 72 km per jam di medan yang rata.
Marder 1A3 IFV
Beda dengan Leopard, tank Marder merupakan kendaraan tempur ringan sejak 1970. Sama seperti APC (Kendaraan pengangkut personel), kendaraan ini juga berfungsi untuk mengangkut pasukan.
Meski demikian, IFV persenjataan kanon kaliber menengah. Kemampuan ini membuatnya efektif untuk menyerang target secara langsung. Bisa pula dijadikan bantuan tembakan guna menakut-nakuti lawan.
Marder boleh dibilang IFV nomer wahid di kelas NATO, ranpur ini sudah battle proven dalam? misi pertempuran di Afghanistan. Bila ditilik dari segi bobot, maka Marder 1A3 (35 ton) nampak setara dengan IFV andalan US Army, M2 Bradley (30,4 ton).
BMP-3F
Tak kalah dengan ranpur buatan Jerman, BPM-3F yang berasal dari Rusia ini memiliki kemampuan lebih. Antara lain komputer balistik yang telah di upgrade dengan sistem digital yang lebih akurat. Selain itu, lubang penembak untuk pasukan sudah disesuaikan dengan senapan serbu SS-1 produksi PT Pindad.
Ada juga penyempurnaan pada perlindungan terhadap perang nuklir biologi dan kimia. Selain itu sistem pemanas ruangan juga sudah disesuaikan dengan kondisi iklim Indonesia.
Namun untuk senjata penghancur, kendaraan lapis baja ini tidak jauh dari generasi sebelumnya. Meriam kanon kaliber 100mm dengan kecepatan tembak berkisar 250 meter per detik, dan meriam kanon kaliber 30 mm.
Selain itu, Amphibi BMP-3F seri 2 juga dilengkapi 3 pucuk mitraliur PKTM kaliber 7,62. Secara keseluruhan, Tank Amphibi ini berkapasitas 3 kru dan 7 personel pasukan bersenjata lengkap.