1. HOME
  2.  » 
  3. TAG
  4.  » 
  5. V
  6.  » 
  7. VIDEO VIRAL


  8. Reporter : Yulistyo Pratomo    20 Juli 2017 13:59

    Curhat pilu bocah SD masuk sekolah pertama tapi ditolak masuk kelas

    Bayu mendaftar ke salah satu SMP di Kota Malang, saat akan masuk kelas dia malah ditolak.

    Feed.merdeka.com - Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sudah berakhir, kini tahun ajaran baru sudah dimulai. Semua siswa mulai dari tingkat dasar hingga menengah telah memulai kegiatan belajar dan mengajar (KBM) yang akan berlangsung selama satu tahun penuh.

    Dimulainya ajaran baru ini ternyata sempat menyisakan kisah, salah satunya kesimpangsiuran data. Ada siswa yang ditolak masuk ke sekolah yang dituju, alhasil banyak yang memprotes sistem baru ini.

    Kacaunya sistem PPDB ini dialami seorang bocah bernama Bayu. Dia mendaftar untuk menjadi siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 12 Kota Malang, namun sayang dia tidak bisa masuk ke dalam kelas dengan alasan penuh.

    Curhat itu terekam dalam dua video berdurasi 54 detik dan 1 menit 26 detik, yang masing-masing diunggah pada pukul 9 dan 11 pagi oleh Agustinus Tedja dalam akun Facebook miliknya pada Selasa (18/7) lalu. Bayu mengaku kursi yang dia yakin menjadi haknya justru sudah penuh dan diisi oleh siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

    Bayu sendiri mengaku sudah diterima, namun dia ditemui seseorang yang mengaku ditelepon kepala sekolah agar sisa bangku diberikan kepada siswa ABK. Upaya mediasi dilakukan, namun dalam video berikutnya Bayu nampak sedang duduk dan menangis di dalam sebuah ruangan.

    Tetesan air mata mengalir di pipi Bayu. Wajahnya sesekali ditutup dengan tangan kiri.

    Setelah melalui beberapa rintangan, akhirnya Bayu bisa besekolah di sekolah impiannya. Kemajuan ini kembali diungkap oleh Agustinus.

    Kepala Sekolah SMPN 12 Kota Malang Samsul Arifin mengaku terjadi 'miskomunikasi' di sekolah tersebut. Apalagi Bayu sudah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Malang karena masuk kategori calon siswa dari keluarga prasejahtera. Namun, karena keterbatasan tempat membuat pihak sekolah menyeleksi siswa yang masuk kategori tersebut sesuai kuota yang tersedia.

    "Sebenarnya kami selalu welcome, meskipun dibatasi regulasi, dan intinya kami mengakui kemarin memang ada miskomunikasi," jelas Samsul seperti dikutip dari MalangTIMES.

    WHAT DO YOU THINK?
    MUST READ STORIES