Bukan hanya anaknya, ibunya juga mengalami depresi berat.
Feed.merdeka.com - Sudah empat tahun sejak pesawat Malaysia Airlines MH370 hilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing, dan hingga kini keluarga korban masih menunggu karena reruntuhannya belum juga ditemukan.
S. Puspanathan adalah salah satu penumpang saat pesawat menghilang dari radar, dan sekarang, anak laki-lakinya yang berusia 7 tahun, P. Varmer masih menganggap ayahnya sedang bekerja karena keluarganya tidak tega untuk mengungkapkan kebenaran.
Kakeknya yang berusia 64 tahun, G. Subramaniam mengatakan, cucunya telah menanyakan mengapa ayahnya tidak kembali dari pekerjaan padahal mereka telah lama menunggu.
"Keluargaku tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya. Sebagai gantinya, kami membuat sebuah cerita bahwa Puspanathan sedang tidak bekerja. Ayah Varmer telah hilang sejak ia berusia 3 tahun. Sekarang dia duduk di kelas satu (SD), dan masih menunggu kedatangan ayahnya," kata kakeknya seperti dikutip dari Worldofbuzz.com.
Bahkan setelah empat tahun, ibu Puspanathan yang berusia 64 tahun, A. Amirtham masih belum bisa menerima kenyataan bahwa anaknya berada di pesawat yang hilang tersebut. Dia terus 'melihat' anaknya di rumah, yang membangkitkan emosinya dan membuatnya depresi. Akhirnya, dia meninggalkan rumah di Telok Panglima Garang.
"Dia sengsara, menunggu kembalinya Puspanathan. Saat sendirian di rumah, dia sangat diliputi oleh kesedihan sehingga dia tidak bisa berpikir tenang dan terus memikirkan pesawat terbang. Sekarang putriku merawatnya di Gombak," kata Subramaniam.
Insiden tersebut telah merugikan anggota keluarga mereka, termasuk Subramaniam sendiri. "Saya tidak bisa melakukan banyak hal. Ke mana pun saya pergi, teman-teman saya akan bertanya kepada saya tentang hal itu. Jadi, bagaimana saya bisa lupa?" katanya.
Berbagai negara seperti Australia dan China telah menawarkan teknologinya untuk membantu menemukan pesawat namun tidak berhasil. Yang paling baru adalah perusahaan yang berbasis di Texas yang telah menandatangani perjanjian 'tidak menemukan, tidak ada biaya' dengan pemerintah Malaysia.
Meskipun pencarian berjalan dengan lancar dan ada 85 persen kesempatan untuk menemukan pesawat yang hilang, dilaporkan bahwa operasi tersebut kemungkinan besar akan berhenti pada Juni 2018. Banyak keluarga korban sangat berharap pencarian akan berbuah hasil karena sudah empat tahun berlalu, paling tidak mereka mendapatkan kepastian.