Seringkali wanita yang semula mantap memutuskan resign menjadi ibu rumah tangga mulai berubah pendiriannya setelah bertemu kembali dengan teman-teman lama di kantor dulu. Ungkapan-ungkapan provokatif seperti,”Ih ngapain sih di rumah aja? Bosen lho. Anak kan bisa diserahin pembantu atau baby sitter.”
Atau misalnya ketika ada reunian dengan teman-teman kantor dulu, lalu anda menjadi minder diam-diam karena pembicaraan tak lagi nyambung. Bahkan Anda mulai membandingkan betapa teman-teman Anda sangat energik dan bergaya kekinian. Sementara anda merasa tak punya bahan menarik untuk jadi obrolan.
Padahal memutuskan resign dari kantor untuk menjadi ibu rumah tangga demi agar bisa mengurus sendiri anak-anak adalah keputusan yang baik. Kenapa harus ragu dengan keputusan yang baik ini? Satu atau dua tahun pertama tentu saja ada masa adaptasi dari wanita karir menjadi ibu rumah tangga. Apalagi jika anda punya bayi yang baru lahir. Kehidupan anda tentu saja berubah total selama nyaris 24 jam.
Nah yang seringkali terjadi, ketika seorang wanita memutuskan menjadi ibu rumah tangga, kesibukan domestik mengurus rumah tangga dan anak bisa membuatnya terlena. Pekerjaan ibu rumah tangga – apalagi jika anda mempunyai anak balita – adalah pekerjaan yang tak mengenal waktu, nyaris 24 jam. Seorang ibu rumah tangga yang mempunyai bayi bahkan bisa selama seminggu penuh tak sempat keluar rumah, kecuali sekadar ke depan menemui tukang sayur.
Jika ini terjadi sebulan dua bulan mungkin tidak menjadi masalah. Tetapi jika ini terjadi selama satu, dua bahkan lima atau sepuluh tahun, tiba-tiba Anda mungkin kaget ketika bergaul dengan dunia luar. Bertemu teman-teman lama di kantor dulu atau bertemu saudara yang juga wanita bekerja.
Anda mungkin merasa ketinggalan banyak hal. Tiap diajak ngobrol Anda merasa ngga nyambung, ngga paham istilah-istilah baru atau peristiwa-peristiwa yang lagi happening di masyarakat. Bukan itu saja, sebagian ibu rumah tangga bahkan ada yang merasa serba takut melakukan hal-hal baru.
Karena terbiasa ke mana-mana diantar suami lalu menjadi tidak percaya diri untuk belajar mengemudikan kendaraan sendiri. Kalaupun akhirnya terpaksa belajar mengemudikan kendaraan, paling banter rute yang dilaluinya cuma dari rumah ke sekolah anak-anak atau sebaliknya.
Seorang ibu muda bahkan mengaku kepada saya sempat mulas-mulas ketika harus naik pesawat gara-gara sudah sebelas tahun tidak pernah bepergian naik pesawat terbang. Sehari sebelum bepergian bersama anak tunggalnya yang berusia 14 tahun ia mengaku tak bisa tidur karena khawatir terhadap hal-hal yang ia sendiri tak paham apa persisnya.
Beberapa ibu rumah tangga mengeluh tak bisa nyambung jika ngobrol dengan anak-anaknya yang remaja. Mereka jadi sedih karena dianggap kuno dan kurang kekinian, ngga asyik jika diajak ngobrol oleh anak-anak.
Sebenarnya, seperti saya sampaikan di awal tulisan ini, menjadi ibu rumah tangga bukanlah berarti hidup anda ‘selesai’. Apalagi hari gini, ketika semua akses informasi sangat mudah diperoleh. Anda bahkan bisa saja secara fisik berada di rumah, tetapi mata tetap bisa melihat apa yang terjadi di luar sana.