1. HOME
  2.  » 
  3. TAG
  4.  » 
  5. V
  6.  » 
  7. VIRAL NEWS


  8. Reporter :     9 Oktober 2017 13:30

    Sempat digadang-gadang jadi The Next Habibie, ini daftar kebohongan Dwi

    Ia juga mengatakan Belanda sempat menawarkan untuk mengganti kewarganegaaraannya.

    Feed.merdeka.com - Nama Dwi Hartanto tengah menjadi buah bibir. Ilmuan asal Indonesia yang berada di Belanda itu mengaku beberapa prestasi dan hak paten penemuannya adalah kebohongan.

    Sebelumnya, Dwi Hartanto sempat digadang-gadang akan menjadi "The Next Habibie". Ia mengklaim terlibat dalam sejumlah inovasi teknologi bidang dirgantara dan antarariksa. Tak hanya itu, ia juga mengatakan Belanda sempat menawarkan untuk mengganti kewarganegaaraannya.

    Dwi Hartanto
    Facebook Dwi Hartanto/Facebook Dwi Hartanto

     

    Dilansir dari berbagai sumber, termasuk media sosial Dwi pribadi, berikut deretan kebohongan yang telah diklarifikasi itu.

    1. Saya (Dwi Hartanto) bukan lulusan dari Tokyo Institute of Technology, Jepang, seperti informasi yang banyak beredar. Yang benar, ia adalah lulusan S1 Insititut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta, Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Informatika. Lulus pada 15 November 2005.

    2. Informasi mengenai posisi dia sebagai Post-doctoral, Assistant Professor di TU Delft, dan kandidat doktor di bidang space technology & rocket development tidak benar. Ia hanya mahasiswa doktoral di TU Delft dan tengah menyelsaikan S3 riset Interactive Intelligence, Dept. of Intelligent Systems.

    3. Dwi tidak merancang membangun Satellite Launch Vehiicle. Ia hanya pernah menjadi anggota tim beranggotakan mahasiswa yang merancang salah satu subsistem embedded flight computer untuk roket Cansat V7s milik DARE (Delft Aerospace Rocket Engineering), yang merupakan bagian dari kegiatan roket mahasiswa di TU Delft.

    Proyek roket itu hanya berada pada level amatir mahasiswa, bukan proyek dari Kementerian Pertahanan Belanda, Pusat Kedirgantaraan dan Antariksa Belanda (NLR), bukan pula proyek Airbus Defence ataupun Dutch Space yang pernah diberitakan. Mereka hanya sebagai sponsor-sponsor resmi yang membimbing dan mendanai.

    4. Dwi pernah memberitakan telah memenangi kompetisi Antar-Space Agency Luar Angkasa DLR dunia di Jerman pada 2017. Hal ini hanyalah kebohongan. Ia tidak pernah memenangkan lomba tersebut.

    Ia hanya memanipulasi template cek hadiah yang kemudian diisi dengan nama sendiri beserta nominal hadiah sebesar 15.000 euro. Kemudian berfoto dengan cek tersebut dan mengunggahnya ke media sosial dengan klaim telah juara.

    5. Teknologi ‘Lethal weapon in tiie sky’ dan klaim paten beberapa teknologi adalah tidak benar dan tidak pernah ada.

    6. Pengembangan teknologi pesawat tempur generasi ke-6 dan pesawat tempur EuroTyphoon di Airbus Space and Defence menjadi EuroTyphoon NG tidak benar.

    7. B J Habibie tidak pernah meminta untuk bertemu dengan Dwi. Sebelumnya ia meminta pihak KBRI Den Haag untuk mempertemukan dengan Presiden Indonesia ketiga itu.

    8. Belanda tidak pernah menawarkan Dwi untuk mengganti paspor atau kewarganegaraan seperti yang diberitakan.

    Atas perbuatannya, Dwi harus rela penghargaan dari KBRI Den Haag pada HUT ke-72 RI melalui Surat Keputusan NOMOR SK/023/KEPPRI/VIII/2017 yang sempat dikeluarkan pada 15 September 2017 dicabut.

    Pencabutan penghargaan dari KBRI
    KBRI Den Haag ina.indonesia.nl/KBRI Den Haag ina.indonesia.nl

    Dalam laman resmi KBRI Den Haag, pencabutan penghargaan dilakukan setelah melihat dinamika dan perkembangan di luar dugaan serta itikad baik.

    "Bahwa untuk itu dipandang perlu mencabut Keputusan Kepala Perwakilan Republik Indonesia tentang Penghargaan kepada Dr. Ir. Dwi Hartanto," tulis surat tersebut.

    Setelah mengklarifikasi semuanya, Dwi memohon maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak yang dirugikan atas informasi bohong yang telah disebarkan.

    Sumber foto: Facebook/Dwi Hartanto (randi mulyadi/poy)

    WHAT DO YOU THINK?
    MUST READ STORIES