Bahkan saat menangis dan keluar airmata, gadis ini akan kesakitan. Kulitnya memerah kepanasan.
Feed.merdeka.com - Gadis cilik yang baru berusia 18 bulan mengalami alergi yang cukup berat terhadap air. Baru mandi selama 15 detik, bocah malang tersebut sudah mengalami ruam, gatal-gatal dan lecet pada kulitnya sehingga membuat dia merasa sangat tersiksa.
Pada Oktober 2017 lalu, Ivy Angerman, dari Hastings, Minnesota, Amerika Serikat, didiagnosis penyakit urtikaria aquagenik, kondisi langka dimana urtikaria berkembang pesat setelah kulit bersentuhan dengan air, terlepas dari suhunya, menurut Informasi Penyakit Genetik dan Langka Pusat.
"Ini adalah sesuatu yang masih belum bisa kita bicarakan. Ini terlalu menyedihkan," ujar ibu Ivy, Brittany Angerman, kepada People.
Saat Ivy menangis, wajahnya membengkak karena air matanya sendiri. Keringatnya bahkan akan menimbulkan reaksi. Dia tidak bisa lagi bermain di salju, dan bahkan beberapa tetes hujan pun bisa menghasilkan sesuatu yang menyakitkan pada tubuhnya.
Brittany takut membayangkan Ivy tidak bisa berenang di kolam renang atau menikmati main air oleh kedua saudara kandungnya di musim panas ini.
"Dia dulu suka mandi dan sekarang dia menjerit histeris saat kami memandikannya," kata ibu berusia 27 tahun itu. "Rasanya seperti luka bakar tingkat tiga. Dia menjerit kepanasan. Sangat sulit bagi seorang ibu untuk melihat penderitaannya. "
Reaksi bisa berlangsung dari 15 menit sampai satu jam, tapi jika dia menggunakan antihistamin - satu-satunya pengobatannya - reaksinya akan berkurang.
"Saya sudah mencoba banyak hal untuk membuatnya lebih terhibur, tapi tidak berhasil, justru semakin parah," tambahnya.
Brittany berharap dia bisa menghindari waktu mandi karena melihat putrinya yang kesakitan adalah siksaan. Ivy sekarang hanya mandi dua kali seminggu, kecuali jika dia sangat kotor karena berada di luar. Mereka membatasi kegiatan di luar ruangan untuk menghindari waktu mandi tambahan.
Untuk saat ini, dokter mengatakan satu-satunya pengobatan yang direkomendasikan adalah antihistamin dua kali sehari, dimana Ivy mulai kebal terhadapnya. Dia sekarang hanya mengkonsumsi obat alergi saat mandi untuk membantu meminimalkan reaksinya.
Brittany mengatakan bahwa putrinya biasanya adalah anak yang bahagia dan selalu manja pada ayahnya. Baru enam bulan yang lalu Brittany dan suaminya Daniel (31) melihat kulit sang anak menderita ruam setelah mandi.
Mereka membuang semua produk mandi yang mereka miliki, mengganti deterjen dan mengganti makanannya. Pasangan itu bahkan pergi ke hotel dan rumah anggota keluarga lainnya untuk melihat apakah air yang digunakan untuk mandi dapat membuat perbedaan. Tapi ternyata tidak membantu.
Seorang ahli alergi akhirnya memberi mereka diagnosis yang mengejutkan, yang masih mereka hadapi.
"Kami mencintainya sampai mati dan kami akan melakukan apapun yang diperlukan, tapi kami juga sangat takut akan masa depannya," ucap sang ibu lirih.
Untuk saat ini, dia hanya memiliki reaksi saat berhubungan langsung dengan air, namun Brittany ketakutan bisa menjadi alergi secara internal.
"Saya ingin tahu apakah suatu hari tenggorokannya akan mulai membengkak saat dia minum air. Kami tidak tahu apakah dia bisa pergi ke tempat penitipan anak atau pekerjaan apa yang bisa dia dapatkan di masa depan," katanya.
Mereka sudah memperhatikan bahwa jika dia minum terlalu banyak jus - atau produk apa pun yang mengandung air - dia kesakiran saat dia buang air kecil.
Brittany, yang juga memiliki bayi yang baru lahir 6 bulan dan anak tiri berusia 12 tahun, telah menciptakan halaman GoFundMe untuk membantu keluarga tersebut pindah ke rumah baru yang memiliki sumur, sistem air yang dimurnikan dan udara sentral, untuk membatasi tingkat keparahan reaksi putrinya.
"Rumah yang kami sewa sekarang dibangun pada tahun 1901 dan tidak memiliki AC. Ini adalah rumah yang sangat sulit untuk tetap tenang dan akan sangat sulit bagi Ivy untuk merasa hangat. Kami ingin orang tahu ini ada dan bagaimana mengubah hidup dalam kondisi ini sebenarnya," kata Brittany.