CATATAN GAMBAR:
Pornografi sebagai sumber dopamine yang memberikan sensasi nikmat, di mana sistem limbik dalam otak memberi sinyal kuat “lakukan! Lakukan”. Hal ini yang mendorong terjadinya adiksi.
Di dalam sistem otak terdapat ‘signal’ yang berisi ingatan dan sensasi yang mengaktivasi ‘rasa lapar’. Otak manusia mengasosiasikan ‘signal’ dengan ‘hadiah’ (reward). Misalnya saat kita berjalan-jalan ke Mall dan mencium wangi roti yang baru saja keluar dari oven, otak memberikan ‘signal’ untuk makan. Untuk perilaku adiksi terhadap pornografi, ‘signal’ aktivasi misalnya saat berada di rumah/kamar sendirian, muncul ingatan seksual.
Adiksi bersifat insidious (mengendap perlahan dan bersifat kronik di mana dampaknya semakin menghancurkan). Bersifat kronis berarti satu tidak akan pernah cukup, selalu harus tambah, makin besar intensitasnya. Maka seringkali dimulai dari perilaku masturbasi yg seminggu sekali, lalu dua kali seminggu, lalu 3 kali sehari. Karena terekam terus di memorinya, belajar pun menjadi sulit di kelas.
Apalagi jika melihat sosok perempuan cantik yang disukai di kelas. Mulailah ia membayangkan melakukan dengan perempuan tersebut. Bahaya tidak? Belum... namun, tanpa disadari fantasinya sedemikian sering, dan ada kesempatan pada suatu hari, disitulah mulai terjadi adiksi baru. Pemerkosaan.