Catatan Gambar:
Gambar panah berwarna kuning dalam sistem limbik mengambarkan ‘sinyal’ yang mengirimkan pesan kepada individu untuk merealisasikan ‘rasa lapar’ atau ‘lakukan saja’. Gambar warna biru menggambarkan proses pengambilan keputusan secara rasional. Misalnya, impuls warna kuning mengirim pesan, “buka saja website yang berisi gambar-gambar telanjang”.
Sementara sistem otak berwarna biru mengirim pesan yang mengandung konsekuensi dari tindakan seperti, “Kalau ketahuan nanti dapat dihukum oleh orangtua”.
Dalam perilaku adiksi, sistem kontrol diri berwarna biru semakin melemah, sedangkan sistem limbik semakin kuat mengirimkan ‘signal’nya. Sehingga dalam hal ini, seseorang yang mengalami kecanduan, semakin sulit untuk mengontrol dirinya lepas dari perilaku tersebut.
Orangtua sering bertanya apakah dampak atau pengaruh pornografi kepada anak dan remaja?
Anak yang terekspos terhadap pornografi saat usia mereka di bawah sepuluh tahun, dapat mengganggu perkembangan emosi dan seksualitasnya. Anak tersebut akan sulit melupakan gambaran dan sensasi yang didapat dari konten pornografi, dan tercetak secara permanen di otak mereka.
Dalam jangka panjang, struktur fisiologis otak mereka semakin berubah seiring dengan semakin kuatnya intesitas ketergantungan tersebut. Adiksi paling berdampak untuk otak usia 8-12 tahun, dikarenakan usia ini otak masih mengalami perkembangan. Dr. Jerry Bergman dalam bukunya, anak yang melihat konten pornografi dan sensasi seksual sejak dini pada dasarnya dapat mengakibatkan rasa bingung dan stimulasi berlebihan yang belum siap diterima oleh perkembangan mentalnya saat itu.
Contohnya, anak laki-laki berusia delapan tahun melihat gambar porno menjadi terangsang dan ketika perilaku ini terjadi berulang kali, cenderung menetap menjadi karakter. Saat dewasa untuk mendapatkan sensasi seksual yang sama intensinya, laki-laki tersebut hanya bisa terstimulus secara seksual oleh gambar.
Salam,
Elizabeth Santosa
Psikolog
email:lizziesantosa@gmail.com
Fanpage: Elizabethsantosapsi
Twitter: @lizziesantosa
www.elizabethsantosa.com