Ada kepribadian yang ditutupi oleh para pria yang suka menumbuhkan kumis atau janggut di wajahnya.
Feed.merdeka.com - Ladies, kalian suka pria yang bagaimana, berjanggut tebal atau klimis? Hmm.. masing-masing pasti punya seleranya sendiri ya.
Tapi, ternyata kebanyakan wanita sekarang suka pada pria berjanggut lho. Menurut mereka, pria berjanggut lebat memancarkan kepercayaan, maskulinitas, dan kekuatan.
Namun, ada hal yang perlu para wanita ketahui nih tentang pria-pria yang hobi menumbuhkan kumis dan janggutnya.
Penelitian terbaru menemukan bukti yang menunjukkan bahwa pria memilih untuk menumbuhkan rambut wajah karena itu memaksimalkan aura maskulin mereka.
"Rambut wajah, seperti banyak ciri-ciri seksual sekunder maskulin, memainkan peran penting dalam persepsi dari ciri-ciri sosioseksual pada pria," demikian disebutkan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan Archives of Sexual Behavior, seperti dikutip Yourtango.com.
Penelitian yang diikuti oleh pria asal India dan Amerika Serikat ini menjawab survei online yang mencakup topik seputar rambut wajah dan persepsi wanita.
Survei tersebut termasuk petunjuk seperti "Wanita terlalu mudah tersinggung" dan "Begitu seorang wanita membuat seorang pria berkomitmen padanya, dia biasanya mencoba mengikat kuat pasangannya," untuk mengukur apa yang oleh para peneliti disebut sebagai seksisme yang bertentangan. Ini juga termasuk item untuk mengukur seksisme ksatria putih (bahwa perempuan harus dihargai dan dilindungi oleh laki-laki).
Hasil penelitian menemukan bahwa pria dengan rambut wajah dinilai lebih tinggi skala seksismenya, dibanding pria yang mencukur bersih kumis dan janggutnya.
Penelitian yang diikuti oleh pria asal India dan Amerika Serikat ini dilakukan dengan menjawab survei online yang mencakup topik seputar rambut wajah dan persepsi wanita.
Survei tersebut termasuk petunjuk seperti "Wanita terlalu mudah tersinggung" dan "Begitu seorang wanita membuat seorang pria berkomitmen padanya, dia biasanya mencoba mengikat kuat pasangannya," untuk mengukur apa yang oleh para peneliti disebut sebagai seksisme yang bertentangan. Ini juga termasuk item untuk mengukur seksisme ksatria putih (bahwa perempuan harus dihargai dan dilindungi oleh laki-laki).
Hasil penelitian menemukan bahwa pria dengan rambut wajah dinilai lebih tinggi skala seksismenya, dibanding pria yang mencukur bersih kumis dan janggutnya.
Masalah antara wanita dan laki-laki kerap kali bersinggungan masalah dominasi dan patriarki dalam kehidupan sosial. Seksisme, sebagai ungkapan bahwa salah satu gender dianggap lebih unggul dibandingkan gender lainnya, menjadi sebuah masalah di negara-negara dengan tingkat feminisme yang tinggi.
Namun, para peneliti mengelompokkan seksis dalam penelitian ini menjadi dua kelompok, yaitu seksis baik dan seksis buruk. Seksis baik berarti bahwa laki-laki menganggap dirinya lebih unggul namun dalam tindakan yang menyanjung wanita, seperti membukakan pintu ataupun membayar makanan. Sedangkan seksis buruk didefinisikan sebagai tindakan yang merendahkan kaum hawa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang memiliki jenggot atau berewok seringkali dianggap lebih seksis buruk ketimbang pria yang sering mencukur jenggot ataupun rambut di wajahnya. Hanya sepertiga dari responden yang tidak mengutarakan pernyataan bernada seksis.