1. HOME
  2.  » 
  3. TAG
  4.  » 
  5. T
  6.  » 
  7. TERORISME


  8. Reporter : Yulistyo Pratomo    27 Mei 2017 12:53

    Ini ciri-ciri orang yang berpotensi jadi teroris

    Kapolri Tito menemukan adanya kesamaan karakter para pelaku terorisme, di mana faktor ekonomi dan pendidikan.

    Feed.merdeka.com - Kasus bom bunuh diri yang menewaskan tiga orang polisi dan melukai 10 orang lainnya membuka kembali lembaran hitam aksi terorisme di Indonesia. Para pelaku teror itu dengan mudah merekrut orang untuk melakukan tindakan di luar nalar dengan membunuh dirinya sendiri.

    Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menemukan adanya kesamaan karakter para pelaku terorisme, di mana faktor ekonomi dan pendidikan ternyata bukan menjadi alasan seseorang bertindak radikal. Dia menyebut beberapa teroris yang tertangkap atau tewas berprofesi sebagai pedagang kecil, hanya kebetulan.

    Menurut Tito, orang yang paling mudah dirasuki paham terorisme memiliki kelemahan secara kejiwaan.

    "Mereka yang terpapar radikal tidak ada korelasinya dengan latar belakang pekerjaan. Lebih pada kondisi psikologis mereka," ujar Tito dalam acara '#KapolriDiRosi' di Kompas TV, Jumat (26/5) malam.

    Ada beberapa contoh, seperti Usamah bin Laden, pemimpin kelompok Al Qaeda. Lelaki tersebut memiliki kekayaan melimpah, namun tetapi terjangkit paham radikal dan terorisme.

    Selain itu, Dr Azahari Husin, otak bom Bali, bergelar doktor dan merupakan insinyur di Malaysia. Bahkan beberapa pelaku teror di Indonesia ternyata ada yang lulusan sarjana. Dari penelitan yang dilakukan kepolisian, diketahui mahasiswa sains lebih rentan terpapar ajaran terorisme dibandingkan ilmu sosial.

    "Jadi range-nya bisa low sampai high class. Psychology is a matter," jelas Tito.

    Nah, untuk bisa mempengaruhi dan mengajak orang lain masuk untuk menjadi bagian dalam aksi terorisme, pertemuan dilakukan secara tatap muka, mulai dari melaukan pertemuan kelompok, atau bisa pula melalui media sosial. Nah, orang-orang yang direkrut ini cenderung submisif, mudah menerima sesuatu, tidak kritis, dan pendiam.

    Tito mengungkapkan kasus pengeboman Kedutaan Besar Australia. Para anggotanya direkrut dari kelompok pengajian, kemudian perlahan-lahan disusupi dengan ideologi radikal. Meski begitu, tidak semua anggota pengajian menelan mentah-mentah ajaran tersebut.

    Polisi pun bertanya pada perekrut, mengapa hanya segelintir orang di pengajian itu yang diajak.

    "Katanya, 'Cerewet, Pak, nanyanya banyak sekali. Tidak masuk yang kami cari'. Yang masuk kriteria itu yang mudah menyerah, menurut, didoktrin sedikit dan disuruh bawa bom, ledakkan diri, oke," ungkap Tito.

    Berikut penjelasan lengkap Tito soal terorisme di menit ke 44.50.

    WHAT DO YOU THINK?
    MUST READ STORIES