Menurut para peneliti, rata-rata gempa besar terjadi hanya 15 kali dalam setahun.
Feed.merdeka.com - Tahun depan, 2018, rotasi Bumi diperkirakan akan melambat. Meski perlambatannya kecil, ternyata itu mempengaruhi 'geliat' Bumi.
Penelitian yang dipresentasikan bulan lalu di pertemuan tahunan Geological Society of America itu mengungkap, perlambatan rotasi Bumi itu akan memicu gempa bumi. Sehingga, demikian kesimpulan para ilmuwan, gempa bumi akan lebih sering terjadi.
Dikutip dari laman Live Science, 20 November 2017, perlambatan rotasi Bumi selama 100 tahun terakhir memang pas momennya dengan jumlah gempa bumi yang lebih sering dari biasanya.
Ahli geofisika dari University of Colorado Boulder, Roger Bilham, menjelaskan bahwa data jumlah gempa bumi yang terjadi setiap tahun dalam seabad terakhir, sudah ada dan diketahu banyak orang. Demikian juga dengan perubahan tingkat perlambatan rotasi Bumi.
"Yang kami lakukan adalah menghubungkan dan membandingkan dua daftar data yang sudah diketahui banyak orang itu dan membuat laporan yang menarik dan berguna," tulis Bilham dalam email kepada Live Science.
Mengapa perlambatan rotasi Bumi memicu gempa?
Bilham pun menjelaskan. Ketika perputaran Bumi melambat--walau dalam angka yang kecil-- khatulistiwa akan (equator) menyusut. "Tetapi, lempengan tektonik tidak semudah itu menyusut. Artinya, ujung-ujung lempengan itulah yang menyusut. Meski penyusutan ini sangat kecil, namun memberi tekanan pada batas-batas lempengan tersebut--yang sudah tegang sebelumnya. Di situlah, gempa kemungkinan terpicu," jelasnya Bilham.
NEXT: Rotasi Bumi melambat berarti....
NASA: Es di kutub cair, 5 kota di Indonesia terancam termasuk Jakarta
22 November 2017 07:00