Berkat itu pula, dia berhasil menjadi 'artis dadakan', bahkan diundang secara khusus ke Istana Negara.
Feed.merdeka.com - Tulisan Afi Nihaya Faradisa mendadak menjadi viral di dunia maya, terutama karyanya yang berjudul 'Belas Kasih dalam Agama Kita' yang diposting dalam akun Facebook miliknya. Berkat itu pula, dia berhasil menjadi 'artis dadakan', bahkan diundang secara khusus ke Istana Negara.
Tidak lama berselang, sejumlah orang mulai menemukan tulisan tersebut ternyata memang hasil plagiasi dari orang lain. Temuan itu lantas menjadi viral kembali di dunia maya, bahkan Afi harus menhadapi cemooh dari sejumlah orang-orang.
Diduga tidak tahan terus menjadi cemohan, Afi akhirnya memilih untuk meminta maaf. Dia pun mengakui bahwa tulisan itu merupakan contekan, atau tepatnya copy paste dari karya milik orang lain di media sosial.
Berikut isi permintaan maafnya:
"THIS IS MY APOLOGY
Ini adalah permintaan maaf saya, Afi Nihaya Faradisa, pada semua pihak yang merasa dirugikan atas perbuatan saya yang telah mengutip beberapa paragraf untuk dijadikan status tanpa mencantumkan sumber.
Dengan ini saya mohon maaf sebesar-besarnya.
Benar, saya mencatut atau mengopas beberapa paragraf dari tulisan di akun Mita Handayani dengan menambahkan sendiri beberapa paragraf yang berisi gagasan pribadi, kemudian mempostingnya kembali di akun saya dengan judul "Belas Kasih dalam Agama Kita" pada bulan Mei lalu (dan sampai sekarang tulisan tersebut masih bisa dilihat pada akun saya).
Saya mengakui hal tersebut sebagai sebuah kesalahan. Saya juga tidak akan membela diri dengan mengatakan bahwa Nabi pun juga pernah bersalah, atau mengatakan bahwa saya sama seperti anak 18 tahun di luar sana yang bisa saja melakukan kesalahan.
Sebenarnya, tak seorangpun tahu bahwa saya telah meminta maaf dan berkomunikasi dengan akun Mita jauh sebelum hal ini meledak di media. Saya dan beliau baik-baik saja.
Orang-orang yang sudah lama berteman dengan akun saya ini (dan akun lama saya yang telah deactivated) juga tentunya tahu bahwa jauh sebelum saya viral, saya telah menulis banyak hal.
Dari ratusan tulisan dan beberapa diantaranya yang telah saya post di dunia maya, hanya satu tulisan itulah yang bukan tulisan saya sendiri. Yang lainnya, termasuk tulisan berjudul WARISAN yang membuat saya viral adalah tulisan saya sendiri dan bukan hasil copas tulisan orang.
Mengapa orang-orang sulit sekali percaya bahwa anak SMA juga bisa menulis?
Saya paham bahwa beberapa orang mungkin tidak menyukai gagasan-gagasan tentang kebhinnekaan yang saya bawa, tapi itu bukanlah sebuah pembenaran untuk melontarkan fitnah dan kebohongan macam-macam. Siapapun bisa mengedit sebuah gambar seolah itu adalah tangkapan layar atau screenshot, kemudian menuding bahwa tulisan-tulisan saya sendiri adalah hasil plagiarisme.
Seakan-akan itu semua belum cukup, akun saya juga banyak dipalsukan dan orang-orang menyerang saya karena postingan tidak bertanggung jawab dari si pemalsu itu.
Orang ramai-ramai menulis tentang saya, padahal kenal saja tidak.
Meme, gambar, dan video-video berisi fitnah serta hinaan bertebaran, tak hentinya datang.
Saya kehilangan banyak hal; dari teman sampai guru.
Bahkan, nama saya pun diartikan macam-macam, dikemas dalam sebuah tulisan panjang, entah tujuannya untuk apa. Dan anehnya, banyak saja yang percaya.
Dengarkan saya sekali saja.
Tidak semua berita (yang dari media maupun yang bukan dari media) tentang saya adalah benar.
Tidak semua pernyataan/kutipan yang disebarkan orang, seolah itu semua dari diri saya (terutama yang menyangkut SARA), adalah benar.
Saya memang tidak bisa mengendalikan apa yang ada di luar sana.
Tapi, saya mohon dengan sangat bahwa sebagai manusia yang punya hati nurani, sebelum menyodorkan tuduhan dan prasangka macam-macam, setidaknya lakukanlah tabayyun (istilah agama Islam untuk memeriksa dengan teliti), klarifikasi, dan cari bukti.
Anda tahu, tiap detik saya harus menerima pesan bernada sinis, bully, merendahkan, bahkan ancaman ke akun FB, Instagram, atau WA saya (sampai saya harus ganti nomor baru).
Sampai hari ini, jumlahnya puluhan ribu.
Belum lagi yang ada di kolom komentar.
Pahamilah bahwa sama seperti Anda, saya adalah manusia biasa yang bisa sedih, tertekan, dan terluka ketika diperlakukan sedemikian rupa, siang malam tanpa jeda.
Sebegitu besarkah kesalahan saya?
My heart breaks, a lot.
Anda mungkin tidak akan memahami ini sebelum mengalami sendiri.
Jika tidak bisa selamanya, tolong hentikan itu semua selama Ramadan saja. Keinginan saya sederhana; ingin ibadah dengan bernafaskan ketenangan.
Saya mungkin masih bisa survive, tapi saya mohon jangan pernah lakukan hal yang sama kepada anak-anak lain hanya karena Anda melihat saya masih hidup sampai hari ini.
- Afi."
Hanya beberapa menit setelah permintaan maaf ini dibuka oleh tim Feed, Afi ternyata juga menghapus akun Facebooknya. Namun dari beberapa komentar, sejumlah temannya memberi dukungan agar tetap tabah menghadapi cercaan.
Meski demikian, jangan lagi menghujat Afi meski dia pernah melakukan salah, namun dia memiliki potensi untuk menjadi yang lebih baik. Terungkapnya plagiasi yang dilakukannya semoga bisa menjadi sebuah pelajaran agar tak lagi melakukan kesalahan sama.