Inilah penjara di mana para narapidana hidup layaknya tinggal di sebuah rumah susun, dan bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya.
Feed.merdeka.com - Setiap mendengar kata penjara, bayangan yang ada di benak setiap orang pasti menjadi tempat yang mengerikan, penuh dengan penjahat dan keras. Namun, jika berkunjung ke Penjara San Pedro, pemandangan didapat berbanding terbalik.
Ya, inilah penjara di mana para narapidana hidup layaknya tinggal di sebuah rumah susun, dan bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Meski hidupnya terbatas pada tembok penjara, namun mereka bisa membawa istri dan anaknya tidur dalam sel bersama-sama.
Layaknya kehidupan di luar, untuk mendapatkan kamar mereka harus membeli melalui seseorang yang disebut sebagai wali kota, atau calo properti. Penjara ini berada di sebuah pegunungan dekat Kota La Paz. Sekitar 11.500 kaki dataran tinggi Andes.
Terdapat delapan blok di dalamnya, yakni Posta, Pinos, Alamos, San Martin, Prefectura, Palmar, Guanay dan Cancha. Layaknya kehidupan di luar tembok, di sini juga ada masyarakat kelas atas dan kelas bawah.
Mereka hidup dengan bebas di dalam, sedangkan para penjaga hanya ditempatkan di luar penjara hanya untuk memastikan tidak ada yang kabur. Di sini, anda bisa bekerja, mendapatkan gaji dan membelanjakannya. Ada narapidana yang bekerja sebagai penjaga toko, pemasok makanan, pastut, tukang potong rambut hingga pengelap sepatu.
Meski berupa penjara, tetap saja ada penjualan obat-obatan terlarang di dalamnya. Beberapa mantan penghuni mengaku pernah mendapatkan narkoba murni yang dijual di dalam pejara, ada juga perjudian dan alkohol.
Saat ini, penghuni penjara sudah mencapai 3.000 orang, termasuk istri dan anak mereka. Di dalamnya berkeliaran ratusan anak-anak, dan mereka sangat rentan mendapatkan kekerasan. Apalagi, bocah-bocah itu hidup bersama pelaku kekerasan seksual, pembunuh, pecandu narkoba dan pelaku kriminalitas lainnya.
Walaupun para penghuni menerapkan nol toleransi terhadap pemerkosa, tetap saja ada yang kebobolan. Pada 2013 lalu, seorang bocah 12 tahun didapatkan berbadan dua usai diperkosa sejumlah pemuda di dalam penjara tersebut, miris memang.
Untuk menambah pundi-pundi uang, seorang narapidana bisa mengajak turis dan menjadikan sel mereka layaknya sebuah homestay, tak heran jika penjara ini memiliki julukan 'penjara turis'. Para pengunjung ini bisa tinggal selama seminggu dan bergabung bersama para narapidana lainnya.
Bisnis ini sebenarnya ilegal, namun tidak ada yang bisa menghalanginya. Apalagi kasus gratifikasi di negeri ini masih sangat tinggi. Turis yang membawa uang lebih tetap bisa masuk dengan mudah tanpa halangan.