"Perbedaan produk kami dengan produk plastik yang beredar di pasaran adalah adanya unsur bakteri dan biotin tersebut."
Feed.merdeka.com - Plastik termasuk limbah industri dan rumah tangga yang sulit didaur ulang. Padahal, keberadaannya dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.
Baru-baru ini, lima orang mahasiswa Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya melakukan satu inovasi. Membuat plastik ramah lingkungan dari kulit pisang. Loh gimana caranya?
Ide ini hasil pemikiran Rizki Septian Candra K (TIP 2013) , Himawan Auladana (TIP 2013), Sellyan Lorenza Orlanda Putri (TIP 2015), Abis Rinaldi (TIP 2015) dan Neno Retnowati C. (TIP 2014) yang menginovasi produk BIOKUPING (Bio Plastik Kulit Pisang). Mereka menamakannya, BIOKUPING (Bio Plastik Kulit Pisang).
"Sebenarnya proses pembuatan BIOKUPING ini relatif sederhana. Kulit pisang yang telah mengalami proses penepungan akan mendapat tambahan gliserol dan chitosan. Gliserol ini merupakan unsur pembentuk plastik sementara chitosan adalh unsur penguat plastik," papar Rizki. Demikian dikutip dari situs resmi tp.ub.ac.id, Selasa (30/5).
Setelah itu, mereka menambahkan bakteri sebagai pendegradasi dan biotin sebagai nutrisi bagi bakteri tersebut.
"Perbedaan produk kami dengan produk plastik yang beredar di pasaran adalah adanya unsur bakteri dan biotin tersebut. Sebab dengan adanya mereka akan mempercepat proses penguraian plastik sehingga lebih ramah lingkungan," jelasnya.
Dia menambahkan, menurut data jurnal, kulit pisang adalah limbah pertanian yang kurang terolah secara optimal. Padahal kehadirannya sangat melimpah di negara tropis terutama di Indonesia, mengingat banyaknya industri pengolahan buah pisang seperti keripik pisang maupun selai. Data juga menunjukkan, kulit pisang memiliki kandungan pati yang cukup tinggi yaitu 27 persen - 30 persen. Pati inilah yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan plastik.
"Saat ini kami telah bekerja sama dengan UKM Kripik Pisang di daerah Gondanglegi, Malang Selatan untuk memanfaatkan limbah kulit pisang mereka yang selama ini hanya dibiarkan terbuang begitu saja. Kapasitas produksi mereka yang mencapai 100-200 kilogram pisang perhari mengakibatkan limbah kulit yang cukup banyak. Ini yang kami sayangkan. Jadi kami berharap dapat sedikit menyelamatkan lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik yang lambat terurai sekaligus mengoptimalkan potensi ekonomi limbah kulit pisang," papar Rizky.
Berdasarkan uji laboratorium selama 22 hari, proses degradasi produk plastik ramah lingkungan BIOKUPING mencapai 75 persen. Padahal produk plastik umumnya membutuhkan waktu selama ratusan tahun untuk dapat terdegradasi dengan persentasi yang sama. Penelitian laboratorium juga menunjukkan bahwa ketahanan BIOKUPING terhadap beban setara dengan produk plastik sintesis yang saat ini beredar di pasaran. Kedepan tim berharap bahwa produk plastik ramah lingkungan BIOKUPING yang telah mendapatkan paten ini dapat dimanfaatkan secara luas di masyarakat.