Kasus ini menjadi menarik karena wanita tersebut tidak menunjukkan reaksi alergi pada sesi sengat lebah sebelumnya. Lalu, mengapa baru muncul setelah beberapa kali terapi dan fatal?
Dalam paper itu disebutkan bahwa paparan berulang alergen--dalam kasus ini racun lebah--meningkatkan risiko yang makin hari kian tinggi. Lebih tinggi dari perkiraan pada populasi normal.
Wanita itu kemudian dilarikan ke rumah sakit dan diberi pengobatan untuk menghentikan reaksi tubuhnya terhadap racun lebah. Sayang, nyawa pasien itu tidak terselamatkan.
Wanita itu meninggal dunia karena kegagalan organ setelah dirawat beberapa pekan kemudian.
Kasus ini menjadi perhatian agar orang-orang semakin waspada dan berhati-hati menjalani terapi sengat lebah.
Vazquez-Revuelta dan Madrigal-Burgaleta menyimpulkan dalam paper mereka bahwa praktik pengobatan sengat lebah itu tidak aman dan tidak disarankan. Paper mereka sudah dipublikasikan di Journal of Investigational Allergology and Clinical Immunology.
Apakah sering masturbasi bisa bikin rambut rontok? Ini penjelasan medisnya
18 Maret 2018 13:02Dari luar tampak 'kurus,' interior rumah mungil ini bikin takjub. Wow!
19 Maret 2018 09:12