Ilmuwan tidak bisa memastikan dampak radiasi ponsel pada kesehatan manusia.
Feed.merdeka.com - Sebuah studi besar-besaran dilakukan untuk meneliti dampak radiasi ponsel terhadap kesehatan. Hasil penelitian senilai $25 juta atau sekitar Rp337,1 miliar itu malah bikin ilmuwan bingung.
Studi yang dilakukan National Institutes of Health itu sudah lama dinanti-nanti, demikian dikutip laman Science Alert, 5 Februari 2018. Penelitian ini menguji seperti apa dampak paparan radiasi radio frekuensi terhadap hewan.
Dari penelitian itu, tampak ada risiko tinggi terhadap tumor, kerusakan DNA atau jaringan. Namun di beberapa kelompok pengerat, menunjukkan adanya penurunan berat badan, namun tidak ada efek penyakit yang jelas dan tidak ada kejelasan juga impikasinya kepada kesehatan manusia.
John Bucher, ilmuwan senior yang terlibat dalam 10 tahun penelitian itu, sangat berhati-hati dalam menafsirkan hasil penelitiannya kepada wartawan, Jumat lalu.
Mengingat pola temuan yang tidak konsistensi ditambah fakta bahwa subjek penelitian adalah tikus--bukan manusia-- yang diberi paparan radiasi yang tinggi, Bucher mengaku belum bisa melakukan ekstrapolasi dari data penelitian untuk memperkirakan dampak kesehatan pada manusia.
"Di titik ini, kami merasa belum cukup mengerti mengenai hasilnya dan yakin akan penemuan besar," kata dia.
Dia juga menambahkan bahwa dia belum mengubah caranya dalam menggunakan ponsel.
Studi yang dilakukan National Toxicology Program itu melibatkan 3.000 uji pada hewan dan diyakini sebagai studi paling komprehensif dampak radiasi terhadap kesehatan tikus.
Dampak radiasi ponsel terhadap kesehatan menjadi perdebatan panas selama bertahun-tahun.
Temuan terkuat dalam studi baru ini melibatkan tikus (rat) jantan --bukan mencit (mice)--dimana ada tumor di saraf di sekitar hati. Periset juga melihat tumbuh dalam kerusakan jaringan jantung pada tikus jantan dan betina.
Jika hasil ini dikonfirmasi, Bucher mengatakan, tampaknya jenis radiasi ini bisa menjadi karsinogen "lemah".
Berdasarkan penelitian terbatas menunjukkan risiko schwannomas berpotensi meningkat di dekat otak manusia. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker mencantumkan medan frekuensi radio sebagai "mungkin karsinogenik bagi manusia".
Sementara itu, Studi NIH yang baru menunjukkan tumor pada tikus dan tikus di bagian lain tubuh - otak, prostat, hati dan pankreas - namun para ilmuwan mengatakan tidak jelas apakah ada kaitannya dengan radiasi tersebut atau tidak.
Kakek 88 tahun ini nekat jadi model telanjang karena uang pensiun tak cukup
5 Februari 2018 13:02Video: Setel musik dugem, pedagang minuman ini tunjukan aksi nyentrik
5 Februari 2018 11:03Mengerikan, ular piton lahap anjing yang tidur di samping majikannya
5 Februari 2018 09:01