Dehidrasi itu ada tiga jenisnya dan harus diatasi dengan tiga cara berbeda pula.
Feed.merdeka.com - Haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah kekurangan cairan (dehidrasi). Ini juga sebagai dampak dari mekanisme tubuh dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh.
“Saat cairan keluar tanpa diikuti keluarnya natrium (Na), maka cairan dari sel akan masuk ke pembuluh darah, inilah yang akan memicu terjadinya rangsangan haus,” ujar Dr. Elvina, M.Sc., Sp.GK, Ph.D, Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat.
Secara alami, cairan keluar dari tubuh melalui urine, kulit (keringat), dan uap napas. Aktivitas tinggi dan suhu tinggi (panas) akan menambah pengeluaran cairan dari tubuh. Untuk menilai kadar cairan tubuh, bisa dilihat melalui warna urine.
“Bila terhidrasi dengan baik, warna urine hampir bening. Kurang cairan berat ditandai dengan warna urine yang pekat seperti kuning tua hingga coklat. Ini bisa menjadi patokan urine di pagi hari," tambah dr. Elvina.
(Baca juga: Cocokkan Warna Urine di Sini Untuk Memantau Kondisi Kesehatan Anda)
Cairan yang hilang harus diganti (rehidrasi). Pada dehidrasi ringan, di mana terjadi pengurangan cairan <5% dari berat badan (BB), cairan bisa diganti secara oral (melalui mulut). Sedangkan pada dehidrasi sedang (5-10% BB) dan berat (>10% BB), dibutuhkan infus agar cairan langsung masuk ke pembuluh darah. Keberhasilan rehidrasi dinilai dengan jumlah produksi urine yang teratur.
Dehidrasi ringan bisa cepat berkembang menjadi sedang-berat pada kondisi tertentu, misalnya diare berat atau muntaber pada anak. Pada kondisi sehari-hari, biasanya cukup dengan minum. Secara alami pun manusia memiliki kemampuan untuk mengganti cairan yang hilang.
Adapun tipe dehidrasi dibedakan menjadi tiga: hipertonik, isotonik, dan hipotonik. Hipertonik berarti air yang hilang lebih banyak daripada Na, sehingga kadar Na tinggi. Pada isotonik, air dan Na yang hilang jumlahnya sama. Sedangkan hipotonik, Na yang hilang lebih banyak daripada air.
Dehidrasi bisa pun bisa diterapi. Pada kondisi dehidrasi hipertonik, cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman dengan kadar Na (Natrium) yang rendah seperti jus apel atau jeruk. Lalu pada kondisi dehidrasi isotonik, cairan yang dianjurkan selain air juga yang mengandung Na. Kemudian pada dehidrasi hipotonik, cairan yang dianjurkan sama dengan isotonik tapi dengan kadar Na yang tinggi.
Baca juga:
Siapa Sangka, Rahasia Kulit Bersinar Ternyata Berasal dari Air Kaktus
Manfaat Menahan Buang Air Kecil