Jangan sampai anak Anda bermasalah tiap kali minum susu.
Feed.merdeka.com - Susu sapi dapat membuat si kecil terkena alergi, apalagi ketika orangtua memiliki riwayat kesehatan alergi terhadap susu sapi. Faktor risiko keturunan sangat memengaruhi terserang alergi yang diakibatkan susu sapi. Untuk itu, asupan nutrisi yang benar ialah kunci agar si kecil tetap sehat walau mengonsumsi susu sapi.
DR. Dr. Rini Sekartini, SpA(K), Konsultan Tumbuh Kembang Anak Fakultas Kedoktera Universitas Indonesia, mengatakan, nutrisi awal kehidupan, yaitu nutrisi yang diterima anak sejak dalam kandungan sampai sekitar usia dua tahun, memiliki peran sangat besar pada kualitas tumbuh kembang anak dan tingkat kesehatan pada usia dewasa. Namun ada asupan nutrisi tertentu pada awal kehidupan, yang sebenarnya mengandung gizi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh-kembang yang optimal, tapi tidak bisa ditoleransi oleh anak-anak dengan risiko alergi.
Anak-anak dengan risiko alergi protein susu sapi akan memberikan reaksi abnormal terhadap asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi karena interaksi antara satu atau lebih protein susu dengan satu atau lebih mekanisme kekebalan tubuh.
Pada awal kehidupan, asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi dapat berupa MPASI, makanan seimbang, maupun ASI dari Ibu yang mengkonsumsi nutrisi yang mengandung protein susu sapi.
“Dibutuhkan intervensi nutrisi yang tepat bagi anak-anak dengan risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi, sehingga anak terhindar dari alergen pemicu, tapi tetap memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal. Intervensi nutrisi yang dapat dilakukan terhadap anak-anak dengan risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi salah satunya adalah pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisasi parsial,” ungkap Dr.Rini saat ditemui di bilangan Cikini, Jakarta Pusat.
Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), MKes menambahkan, protein terhidrolisis parsial adalah sebuah hasil dari teknologi yang memotong panjang rantai protein menjadi lebih pendek dan memperkecil ukuran massa molekul protein sehingga protein akan lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak. Teknologi ini memungkinkan anak yang tidak toleran terhadap protein susu sapi, dapat tetap memperoleh nutrisi dengan asupan protein yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya pertumbuhan yang optimal.
"Dengan rantai yang lebih pendek dan ukuran massa molekul yang lebih kecil, tidak berarti kandungan nutrisi protein terhidrolisis parsial berkurang. Sebaliknya rantai yang lebih pendek dan ukuran massa molekul yang lebih kecil memudahkan nutrisi yang dikandung dicerna dan diserap," ungkap dr. Budi.
Pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisis parsial sebagai salah satu langkah praktis dalam upaya intervensi nutrisi bagi anak dengan faktor risiko tidak toleran protein susu sapi. Karena proteinnya lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak. Adapun langkah lainnya adalah berupa pencegahan untuk anak yang memiliki faktor risiko dan pencegahan untuk anak yang sudah terkena dampak lainnya dari alergi. dengan tujuan agar reaksi alergi tidak berulang, bertambah berat, maupun tidak terbawa sampai dewasa.
Dr.Budimelanjutkan bahwa untuk anak-anak yang memiliki risiko tidak toleran terhadap susu sapi, intervensi nutrisi dapat dilakukan berupa pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisasi parsial. Namun apabila anak telah untolerant terhadap protein susu sapi, maka nutrisi dengan protein terhidrolis parsial sudah tidak efektif digunakan. Salah satu alternatif pemberian nutrisi yang efektif bagi anak-anak yang mengalami alergi protein susu sapi adalah formula dengan isolat protein kedelai.