Temper tantrum atau emosi yang meledak merupakan problem normal pada perilaku anak kecil.
Feed.merdeka.com - Memiliki anak menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pasangan suami istri. Namun, perlu diingat, menjadi orangtua tidak hanya sekadar menimang dan membesarkan. Ada tanggung jawab besar yang diemban olah ayah dan ibu.
Orangtua juga harus siap dengan segala konsekuensi, termasuk menghadapi tingkah anak. Mengatasi anak rewel atau pemarah mungkin salah satu yang paling sulit. Meski pada dasarnya anak-anak memiliki sifat periang, namun saat masih kecil, mereka sering menjadi pemarah atau tantrum.
Temper tantrum atau emosi yang meledak merupakan problem normal pada perilaku anak kecil dalam mengungkapkan kejengkelannya ketika belum memiliki kata-kata yang memadai untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, sehingga mereka tidak bisa mengontrol diri.
Bentuknya banyak, misalnya berguling-guling saat menangis, berteriak, menendang-nendang benda, atau membanting barang. Dan yang lebih membuat orangtua frustasi adalah ketika anak tantrum di tempat umum.
Menurut R.J.Fetsch, dari Colorado State University, 23 hingga 83 persen anak-anak yang masih berusia 2 - 4 tahun biasa mengalami ini. Akan tetapi, seiring bertambahnya usia, keinginan untuk marah semakin berkurang.
Meski terbilang normal, namun jika intensitasnya semakin tinggi, aksinya sudah semakin tak terkontrol, sementara usianya sudah semakin dewasa, maka perlu dicari penyebab dan solusi mengatasinya.
Dikutip dari sahabatnestle.co.id, kondisi keluarga yang 'mendukung' perilaku temper tantrum antara lain disiplin yang lemah, terlalu banyak mengkritik, terlalu protektif atau mengabaikan, kurang kasih sayang, hubungan orangtua yang bermasalah, persaingan saudara, ada yang kuat dan ada yang lemah di rumah, atau si anak terlalu sering mengalami penolakan dari orang dewasa di sekitarnya.
Nah, orangtua juga perlu mengetahui cara mengatasi anak yang sedang tantrum. Berikut 10 tips yang bisa dipakai untuk menghadapi ketika si kecil rewel atau tantrum.
1 Sebisa mungkin ciptakan strategi seolah-olah kita tidak terlalu bereaksi, namun tetap perhatian.
2 Temukan sensasi yang bisa mengalihkan perhatiannya.
3 Terapkan disiplin yang ringan sebagai latihan mengontrol diri atau menyepakati perjanjian, misalnya kalau dia berhenti ngambek, orangtua terbuka untuk diajak berbicara mengenai permintaannya.
4 Terus berusaha mengungkap motif di balik perilakunya, mungkin mencari perhatian, mengajukan tuntutan, atau memprotes keadaan.
5 Hindari mempermalukan anak dengan perilakunya itu atau memberi hukuman yang berat. Terkadang orangtua perlu memberi kesempatan untuk mengekspresikan emosi secara wajar dan manusiawi, misalnya marah, ngambek, malas, atau hal-hal yang manusiawi lainnya.
6 Ajarkan anak mengenal batas-batas yang masih bisa ditoleransi saat ngambek sebagai cara agar dia belajar mengontrol diri menuju perbaikan.
7 Lebih fokuslah untuk memberikan penghargaan atas perilakunya yang positif ketimbang bereaksi negatif atas perilakunya yang negatif.
8 Jangan sampai orangtua takut dengan perilaku anak yang ngambek lalu mengabulkan permintaannya sehingga dia berpikir ngambek-lah cara yang paling mulus untuk mencapai tujuan.
9 Intensifkan membuka komunikasi yang semakin terbuka agar bisa memahamkan perilaku yang baik dan buruk beserta akibatnya.
10 Jauhkan benda-benda berbahaya dari jangkauannya.
Diomelin ojek pangkalan, driver Gojek cantik ini malah ngajak selfie
27 September 2017 08:45Lagi viral, foto polisi kelelahan terus ketiduran di dekat bara api
31 Agustus 2017 17:41Bocah ini ngaku disuruh ibunya naik motor ke sekolah, pak polisinya sampai kasihan
31 Agustus 2017 17:09Seram! pasutri di Rusia diduga sudah 20 tahun makan daging manusia
27 September 2017 09:16Pesan moral video ini buat mereka yang suka serobot zebra cross
31 Agustus 2017 19:11Bocah ini ngaku disuruh ibunya naik motor ke sekolah, pak polisinya sampai kasihan
31 Agustus 2017 17:09Saat aksi flying fox, mahasiswi ini jatuh terjerembap dari gedung tinggi
31 Agustus 2017 14:23