Empat Filmmaker Indonesia yang Sohor di Negeri Orang

Feed - Tak sedikit anggapan kalau dunia perfilman tanah air tak punya kualitas yang baik dari segi jalan cerita hingga kualitas gambar. Tapi jangan salah, nggak semua orang perfilman Indonesia itu tak punya selera dengan kualitas masintream.

Hanya saja permasalahan mereka yang terjun di industri ini masih kurang mendapat apresiasi baik dari segi penikmatnya atau pemerintah. Sehingga sebagian pelaku yang masuk dunia film tanah air justru lebih banyak yang dikenal di luar negeri dibanding di negeri sendiri, seperti filmmaker yang dibawah ini.

Mereka mendapat banyak penghargaan dan menayangkan karyanya di festival kelas dunia. Film yang diciptakan sudah wara-wari sebrangi berbagai benua.

1. Edwin

Nama sutradara ini mungkin jarang terdengar di kancah perfilman Indonesia. Namanya mencuat setelah sukses dengan film pendeknya berjudul ‘Kara, Anak Sebatang Pohon’ yang menembus ajang Festival Film Cannes tahun 2005. Perlu diketahui Festival Film Cannes adalah festival film paling bergengsi di dunia. Dan film garapan pria berumur 36 tahun ini jadi film pendek pertama Indonesia yang diputar di festival dunia tersebut.

Tidak hanya itu, karya lainnya yang berhasil tembus industri film dunia lainnya yakni "Blind Pig Who Wants to Fly"yang menyabet penghargaan di Rotterdam Film Festival, dan Film berjudul "Someone's Wife in the Boat of Someone's Husband' yang diputar di Locarno Film Festival.

Yang membanggakannya lagi, pria yang pernah menjadi Asisten Sutradara Riri Riza dalam pembuatan film Gie ini pernah menjadi juri dalam ajang Hivos Tiger Awards Competition di Rotterdam Film Festival. Baca selengkapnya di sini.

2. Yosep Anggi Noen

Nama sutrada film tanah air yang satu ini pun memiliki nasib yang sama dengan Edwin. Namanya tak sebeken sutradara kenamaan Indonesia sekelas Hanung Bramantyo. Namun dibalik namanya yang tak mencuat sutradara komersil di tanah air, segudang prestasi menjawab itu semua.

Film yang ia buat berjudul ‘Laddy Caddy Who Never Saw a Hole in One’ sukses menggaet penghargaan film pendek Asia terbaik di Busan Film Festival dan meraih Grand Prix di ajang Shorts Short Film Festival
(Tokyo).

Hebatnya lagi, film dengan judul 'Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya', sukses keliling di berbagai festival film internasional dan tayang di Festival Film Internasional Locarno ke-65 Swiss pada pertengahan 2012 lalu. Baca selengkapnya di sini.

3. Mouly Surya

Bukan anak muda namanya kalau tak punya prestasi. Mouly Surya, wanita kelahiran 10 September 1980 menjadi sutradara dan penulis skenario film Indonesia yang sukses di kancah internasional.

Film yang ia garap dengan judul ‘What They Don’t Talk About When They Talk About Love’ ini mendunia lewat berbagai festival internasional seperti Sundance International Film Festival di Amerika Serikat, Rotterdam International Film Festival di Belanda, Goteborg International Film Festival di Swedia, dan Hong Kong International Film Festival di Hongkong.

Selain masuk ke berbagai festival film internasional, film yang dibintangi aktor tanah air Nicholas Saputra mendapatkan dana produksi dari Hubert Bals Fund, Goteborg International Film Festival Fund, Asian Project Market, dan Busan International Film Festival. Baca selengkapnya di sini.

4. Ifa Isfansyah

Berbeda dengan ketiga sutradara yang sudah disebutkan sebelumnya. Ifa Isfansyah menjadi sutrada yang namanya lumayan dikenal di tanah air.

Film yang bisa dikatakan mainstream garapannya seperti garuda Di Dadaku Summers 10 Autumns sukses diputar di tanah air. Filmya yang berhasil muncul ke festival internasional yaitu berjudul ‘Sang Penari’ yang kut kompetisi Cannes Senior di Cannes Film Festival. Baca selengkapnya di sini.