1. HOME
  2.  » 
  3. TAG
  4.  » 
  5. F
  6.  » 
  7. FAMILY


  8. Reporter : Indra    19 Oktober 2015 11:16

    Awas, Jangan Sembarang Labeli Anak Hiperaktif

    Label anak hiperaktif itu butuh proses panjang dan bukan dilihat hanya karena si anak terlalu sering melakukan banyak gerak.

    Feed - Sejatinya anak kecil itu cenderung gemar bereksplorasi, melakukan banyak gerak, berlarian ke segala arah, hingga melompat sana dan sini. Tak peduli kondisi sedang sakit, asal membuat hati riang, gerakan model apapun pasti dilakukan. Ya, begitulah dunia anak-anak, bermain dan terus bermain.

    Namun keadaan seperti ini tidak boleh lepas dari pantauan orang tua. Sebab, perilaku anak yang kesulitan mengontrol gerak punya indikasi mengalami gangguan pemusatan perhatian. Tetapi perlu diingat pula, tidak sembarang anak dengan mudah mendapat label sebagai anak hiperaktif.

    Lula Kamal, seorang aktris yang juga berprofesi sebagai dokter, menjelaskan hal ini saat menjadi narasumber di gelaran Mother & Baby Fair 2015, Minggu, 18 Oktober 2015, di Jakarta. Menurut dia, untuk label anak hiperaktif itu butuh proses panjang dan bukan dilihat hanya karena si anak terlalu sering melakukan banyak gerak.

    (Lula Kamal di acara Mother & Baby Fair 2015 di Balai Kartini, Jakarta, Minggu, 18 Oktober 2015. Foto: Indra Komara.N)

    “Untuk melabeli anak hiperaktif itu harus melewati proses pemeriksaan dokter kejiwaan anak. Tidak cukup hanya melakukan pembicaraan satu atau dua jam. Ada 'check list'-nya lewat proses panjang hingga mendapat jawaban IYA,” ungkapnya lantang.

    Baca juga: Keuntungan Punya Sifat Tertutup

    Hal yang perlu diketahui yakni gejala utama hiperaktif adalah tidak fokus, sangat aktif tetapi tidak jelas apa penyebabnya, dan sulit mengontrol tingkah laku. Itu sebabnya hiperaktif selalu dihubungkan dengan ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder.

    Cara pengobatannya ada dua cara. Pertama, melakukan terapi perilaku, kedua, dengan mengonsumsi obat stimulan. Obat ini nantinya akan bekerja menenangkan si anak untuk lebih tenang kemudian dilakukan terapi.

    Wanita kelahiran 10 April 1970 itu menegaskan bahwa harus ada pembanding antara anak nakal dengan mereka yang hiperaktif. “Anak hiperaktif belum tentu nakal. Tindakan yang mereka lakukan hanya karena mereka kesulitan mengeluarkan perasaan yang dirasakan,” ujarnya.

    Baca juga:

    7 Hal yang Berubah Ketika Anda Punya Anak

    Cara Cerdas agar Anak Mau Makan Salmon

    4 Smartphone Terbaik untuk Anak

    WHAT DO YOU THINK?
    MUST READ STORIES