Remaja Indonesia ternyata menjadi salah satu penyumbang terbesar kasus aborsi.
Feed - Progam Keluarga Berencana (KB) untuk menekan angka kelahiran selama ini dinilai hanya berfokus pada perempuan dewasa atau ibu-ibu. Padahal, pengenalan KB pada remaja juga termasuk penting.
Harry Kurniawan, Program Manager Access, Services and Knowledge (ASK) Rutgers WPF mengatakan, keterbatasan akses pendidikan seksualitas dan layanan kesehatan membuat remaja Indonesia sangatlah rentan terhadap risiko reproduksi dan seksual. Data menunjukkan 36,2 persen dari kasus AIDS di Indonesia per Maret 2014 berasal dari kelompok usia 15 – 29 tahun. Seperempat aborsi yang dilakukan setiap tahunnya dilakukan remaja perempuan.
Kesemuanya bisa dicegah dengan penyediaan informasi kesehatan reproduksi serta layanan KB yang inklusif dan ramah remaja. Oleh sebab itu, membuka akses layanan yang komprehensif kepada remaja mulai dari informasi hingga layanan adalah hal yang mendesak.
"Program KB yang inklusif akan bermanfaat untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan yang berujung pada pernikahan anak, serta membantu perempuan yang sudah menikah mengatur jarak kelahiran," kata Harry saat ditemui dalam acara 'Mewujudkan Akses KB yang Inklusif untuk Semua' di Jakarta, Jumat, 5 November 2015.
Pembelajaran risiko seks di luar nikah sebaiknya diterapkan sedini mungkin agar remaja lebih memahami bahaya berhubungan intim sebelum menikah. Data menunjukan sebanyak 11,3 persen remaja perempuan menikah di usia sepuluh hingga 15 tahun dan 32 persen menikah di usia 16 - 18 tahun. Kebanyakan dari 43 persen remaja di bawah umur 18 tahun ini sudah hamil saat menikah atau hamil dalam satu tahun setelah menikah.
via publichealthwatch.wordpress.com
"Seharusnya layanan yang baik jika remaja membeli kontrasepsi, ajak bicara atau edukasi bahwa seks di luar nikah tidak baik, bukannya memandang sebelah mata. Agar si remaja berpikir bahwa berhubungan intim di luar nikah berisiko," ungkap Siska Dewi Noya sebagai Program Manager Mencare+ Rutgers WFP Indonesia.
Ada beberapa isu strategis terkait KB yang masih menjadi pekerjaan rumah bersama antara pemerintah, LSM, mitra pembangunan internasional, hingga penyedia layanan. Isu tersebut antara lain pentingnya program KB yang inklusif bagi remaja terutama bagi remaja tidak menikah serta remaja yang menikah usia muda. Di mana pernikahan usia anak masih menjadi tantangan bagi keberhasilan program KB pemerintah. (Anisha Saktian.P)
Baca juga:
5 Jenis Foto Anak yang Pantang Diposting di Media Sosial