Indonesia punya ragam budaya, inilah yang jadi pintu masuk untuk sosialisasi bencana.
Feed- Indonesia dengan bentangan alam yang luas, tidak akan luput dari yang namanya bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor. Dalam situs resmi United Nations internasional Strategy for Disaster reduction (UNISDR), Indonesia adalah negara yang paling rawan terjadi bencana alam.
Serupa dengan hal itu, data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama tahun 2015 telah terjadi 1.200 bencana alam yang mengakibatkan kematian, korban luka, dan ratusan orang harus mengungsi. Masalahnya, masyarakat kerap menyalahkan pemerintah karena tidak bisa menanggulangi masalah bencana ini. Tetapi terkadang akar dari masalah ini adalah masyarakat itu sendiri.
(Dampak bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004 silam)
Contoh kecilnya yaitu meskipun sudah diberikan larangan untuk tidak membuang sampah di sungai, mereka tetap saja membuang sampah di sana. Naasnya, saat banjir terjadi, masyarakat kembali akan menjadikan pemerintah sebagai "kambing hitam".
Untuk itu, cara menanggulangi bencana alam ini adalah meningkatkan kesadaran dan kesiagaan masyarakatnya. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan cara agar masyarakat sadar yaitu dengan mensosialisasikan masalah bencana melalui buku-buku, leaflet, komik, film, jurnal, dan Twitter. Tetapi untuk masyarakat yang berada di daerah sedikit terpencil, bisa dengan melakukan sosialisai secara tradisional.
“Kita membuat acara seperti pertunjukan wayang golek atau wayang kulit agar masyarakat mau datang dan diselipkan pesan-pesan lewat pertunjukan tersebut,” katanya saat seminar di acara 'Emergency, Ecological Seminar and Urgency in Safety' di Kampus Universitas Indonesia, Depok. Jawa Barat.
via merdeka.com
Serupa dengan tindakan BNPB tersebut, Usman Firdaus, Ketua Bidang Partisipasi & Pelembagaan Forum PRB API DKI Jakarta, yang juga pendiri komunitas yang mengurus Sungai Ciliwung agar bebas dari sampah, melakukan sosialisasi dengan cara tradisional. Menurutnya, peraturan dari pemerintah tidak cukup mampu untuk mengubah masyarakat.
Tapi lain halnya jika diadakan pertunjukan khas Betawi untuk menarik perhatian dari masyarakat dan saat itulah sosialisasi dilakukan. “Biasanya diadakan pencak silat atau lenong di pinggiran sungai, agar masyarakat mau datang,” katanya. Kegiatan ini berhasil membuat Sungai Ciliwung berangsur membaik meskipun masih terlihat sesekali ada orang yang membuang sampah ke sungai. (Arman Maulana Azis).
Baca juga:
Mengenang 10 Tahun Tsunami Aceh: Dulu dan Sekarang
Tips Memutihkan Kulit dari Salah Satu Wanita Perkasa Indonesia
10 Mi Instan dalam Gelas Terbaik 2015, 2 di Antaranya dari Indonesia
Curhatan 40 Menit Mulan “Hancur” Hanya dengan Kalimat Singkat Maia
16 Desember 2015 12:37