Pariwisata Seks Anak (PSA) merupakan eksploitasi terhadap anak di daerah pariwisata yang melibatkan pemberian dalam bentuk kebaikan.
Feed- Kasus kejahatan seksual komersial anak bukan hal yang tabu lagi. ECPAT (End Child Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purposes) internasional di tahun 2012, memperkirakan terdapat 1000.000 anak di kawasan Asia Tenggara yang menjadi korban eksploitasi seksual.
Kejahatan eksploitasi seksual komersial anak meliputi pelacuran anak, pornografi anak, serta yang menjadi perhatian sekarang ialah pariwisata seks anak. Sebab, Indonesia menduduki peringkat ketiga perawisata seks anak setelah Brasil dan Vietnam.
"Indonesia merupakan negara ketiga parawisata seks anak, dibandingkan Thailand sebab sepuluh tahun yang lalu Thailand menjadi destinasi pariwisata seks anak yang dikecam banyak kalangan," ungkap Ahmad Sofyan selaku Koordinator ECPAT Indonesia, saat ditemui dalam acara 'Keberpihakan Dunia Usaha dan Upaya Pencegahan Pariwisata Seks Anak', di bilangan Matraman, Jakarta Timur, Rabu, 23 Desember 2015.
Apa itu pariwisata seks anak? Seperti yang dijelaskan Sofyan, Pariwisata Seks Anak (PSA) merupakan eksploitasi terhadap anak di daerah pariwisata yang melibatkan pemberian uang, pakaian, makan atau dalam bentuk kebaikan lainnya terhadap anak. Baik secara langsung atau melalui perantara dengan tujuan untuk melakukan hubungan seksual dengan anak.
PSA sendiri dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama. Khususnya jika ada proses 'grooming' di mana sang pelaku berteman dengan anak yang rentan dan berusaha mendapatkan kepercayaan sebelum dieksploitasi. Umumnya anak-anak yang hidup di jalanan yang sering menjadi korban pariwisata anak.
"Biasanya korban PSA ini adalah keluarga dengan lingkar kemiskinan, anak yang tinggal di jalan, anak yang sudah bekerja atau yatim piatu," tutur Sofyan.
Upaya memutuskan mata rantai eksploitasi seksual anak tentunya membutuhkan usaha dari semua pihak. Untuk itu, kita bisa melakukan langkah-langkah memerangi ekploitasi pariwisata anak, seperti yang disampaikan Sofyan.
1. Pilih perusahaan perjalanan dan pariwisata yang memiliki sebuah kebijakan unruk menentang PSA seperti perusahaan yang telah menandatangani dan mengimplementasikan kode etik.
2. Kunjungi website ECPAT dan ECPAT Indonesia untuk mengetahui situasi anak-anak di daerah tujuan wisata tertentu dengan mengakses www.ecpat.net dan www.ecpatindonesia.org.
3. Bicara dengan tegas bahwa Anda menentang PSA kepada teman-teman sebaya Anda.
4. Berikan kontribusi kepada organisasi lokal yang bekerja untuk menentang ESKA.
(Anisha Saktian.P)
Baca juga:
Inilah Gejala Awal Kanker pada Anak