Banyak pemicu yang dapat mengakibatkan kecemasan, seperti lingkungan dan gaya hidup.
Feed - Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukan sekitar 16 juta orang dari populasi Indonesia mengalami gangguan mental emosional seperti cemas, depresi, dan psikosomatik. Melihat banyaknya jumlah penderitanya, bisa dibilang masalah gangguan kecemasaan merupakan hal yang lumrah di kehidupan sehari-hari.
Banyak pemicu yang dapat mengakibatkan kecemasan, seperti lingkungan dan gaya hidup. Ada pula faktor genetik bawaan, kepribadiaan seseorang, dan kondisi lingkungan. Ketiganya berpengaruh dengan munculnya gangguan jiwa pada seseorang. Termasuk masalah kecemasaan.
President ASEAN Federation for Psychiatry and Mental Health dr Danardi Sosrosumihardjo menjelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu masalah yang berkaitan dengan timbulnya gejala sistem saraf otonom di dalam tubuh. Biasanya kecemasaan itu ditandai dengan dua komponen gejala yaitu gejala fisik dan gejala psikologi.
Untuk gejala fisik, biasanya ditimbulkan oleh tubuh seperti jantung berdebar, diare, pusing, keringat dingin, sesak, serta mual. Untuk gejala psikologis, seperti perasaan khawatir, was-was, gugup, bahkan ketakutan.
Ditambahkan dr.Danardi bahwa pemulihan gangguan jiwa bisa dilakukan dengan konsumsi obat dan tanpa obat. Contoh pemulihan nir-obat adalah konseling, pengubahan sudut pandang terhadap suatu masalah, hingga relaksasi. Adapula cara yang lebih praktis yakni tarik napas, tahan tujuh detik, lalu lepaskan.
"Lakukan sebanyak tujuh kali, adrenalin pasti turun," ujar dr.Danardi ketika ditemui di acara 'Mengendalikan Kecemasan untuk Hidup Lebih Berkualitas' di kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 11 November 2015.
Ditambahkan oleh psikiater dari Klinik Psikosomatis RS Omni Alam Sutera, Andri SpKJ,FAPM, kecemasaan membawa rasa tak nyaman melalui penyakit fisik. Kejadian ini biasa disebut sebagai masalah psikosomatik atau penyakit fisik yang muncul atau diperburuk akibat adanya gangguan jiwa.
"Kalau orang stres, maka saraf otonom teraktivasi, Saat berlebihan terjadi salah persepsi di otak sehingga berakibat serangan panik," ungkap dr.Andri saat ditemui di acara yang sama.
Jika Anda sudah merasa terkena ganguan kejiwaan bipolar, scizophernia, atau gejala stres dan kecemasan lainnya, disarankan untuk berkonsultasi ke psikiater yang akan memberikan terapi kognitif. Serta ditambah obat-obatan anti-depresan untuk mengurangi gejala yang dirasakan. (Anisha Saktian.P/Zika Zakiya)
Baca juga:
Gejala Penyakit Lever yang Paling Sering Dipandang Sebelah Mata
Gejala Kanker Payudara Ini Wajib Diketahui Kaum Hawa