Mulai sekarang, mulailah peduli pada lingkungan sekitar.
Feed.merdeka.com - Kasus kekerasan pada anak di Indonesia masih sering terjadi. Salah satu kasus yang sempat mencuat ke permukaan yaitu kasus pembunuhan gadis cilik berusia delapan tahun, Angeline, di Bali. Kasus yang terjadi di Mei 2015 itu masih bergulir di persidangan hingga saat ini.
Kejadian bermula saat Angeline dikabarkan menghilang. Selang beberapa pekan, gadis berambut panjang itu ditemukan tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan di dekat kandang ayam di rumah ibu angkatnya, Margriet Christina Megawe. Wanita yang disebut terakhir ini sekarang menjadi terdakwa dan masih menjalani proses persidangan.
Untuk mencegah kasus ini kembali terulang, banyak sekali kampanye yang dilakukan baik oleh pemerintah, Komisi Nasional Perlindungan Anak, dan gerakan komunitas bersama yang intinya ingin memutus mata rantai kejahatan pada anak. Menurut psikolog sekaligus pakar anak, Seto Mulyadi, salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan meningkatkan kepedulian masyarakat. Karena menurutnya selama ini masyarakat tidak peduli saat melihat kejadian kekerasan tersebut.
"Ketika menemukan kejadian kekerasan pada anak segera laporkan pada RT, RW, atau Polisi" ujar Kak Seto saat ditemui di Kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak, di daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu, 20 Januari 2016.
Kak Seto juga menambahkan bahwa seharusnya di setiap struktur daerah seperti RT atau RW ditambahkan satu seksi tentang perlindungan anak. Sehingga jika ada kasus kekerasan pada anak yang terjadi, masyarakat tinggal melapor ke seksi tersebut.
Nantinya pihak RT atau RW bisa menindak lanjuti masalah tersebut atau melapor kepada pihak kepolisian. "Saat ini baru ada satu wilayah yang memberlakukan hal ini yaitu di Kota Tanggerang Selatan, sejak satu tahun yang lalu," tambahnya.
Tugas seksi perlindungan anak pun tidak hanya melaporkan kejadian kekerasan pada anak, tapi juga melakukan pemberdayaan pada orangtua. Orangtua diimbau agar tidak memukul, menjewer, atau membentak anak, dan akan diberitahu bagaimana caranya menyalurkan emosi kemarahan.
Setuju dengan pendapat tersebut, pemain film Kinaryosih yang turut hadir juga mengatakan bahwa dirinya sangat menentang sekali kekerasan pada anak. Terlebih sekarang Kinar telah memiliki anak yang baru berusia tiga setengah tahun. "Walaupun dulu waktu kecil sering dipukul sama sapu kalau lagi nakal, itu tujuannya untuk disiplin," ujarnya.
Berangkat dari hal tersebut untuk mendisiplinkan anaknya, Kinar tidak pernah melakukan kontak fisik pada anak. Namun ia tetap mencontoh sang ibu dalam hal disiplin dengan ekspresi wajah agar anaknya menurut dan tidak nakal.
Baca juga:
Banjir Ucapan Duka Untuk Si Kecil Angeline
Revalina S Temat Melahirkan, Lihat Nama Unik Sang Anak
Benarkah Ini Penampakan Hantu Angeline di Rumah Pembunuhnya?