1. HOME
  2.  » 
  3. TAG
  4.  » 
  5. F
  6.  » 
  7. FOTO VIRAL


  8. Reporter : Yulistyo Pratomo    19 Agustus 2017 07:32

    Para mantan teroris dulu benci, kini hormat pada merah putih

    Mereka dulu membuat meneror dan sangat membenci Indonesia ketika para pelaku teror ditangkapi.

    Feed.merdeka.com - Mereka dulu membuat teror dan sangat membenci Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ketika para pelaku teror ditangkapi. Tapi, kini berbalik 180 derajat, bahkan ikut dalam upacara peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia dan mengangkat tangannya sebagai bentuk kehormatan kepada Merah Putih.

    Salah satu yang menjadi sorotan adalah Umar Patek. Dia dikenal sebagai ahli bom dan pernah terlibat dalam kasus Bom Bali I yang memakan 202 korban jiwa serta 209 orang luka-luka atau cedera, di mana sebagian besar korban merupakan wisatawan mancanegara.

    Setelah ditangkap dan masuk ke penjara selama bertahun-tahun serta melalui proses deradikaliasi, kini Umar Patek tak lagi seperti dirinya yang dulu. Mantan anggota Jemaah Islamiyah yang paling dicari Pemerintah Amerika Serikat ini sudah mulai melunak dan kembali mencintai tanah kelahirannya.

    Umar Patek kini tak ragu untuk ambil bagian sebagai petugas upacara peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan. Dia bersama mantan pelaku teror lainnya turut mengambil sikap hormat kepada Sang Saka Merah Putih.

     

    UMAR PATEK, SANG JENIUS SENIOR AHLI BOM DAN RACUN Sudah taubat dari kesesatan takfiri (Khawarij gaya baru) lalu rujuk kepada manhaj yang haq, manhaj salaf, manhaj Ahlussunnah. Antum yang baru-baru saja semangat, yang mengagung2kan ISIS, pengen berjihad membela Islam dengan menumpahkan darah, ataupun antum yang bermimpi tentang khilafah tetapi anti nasionalisme, anti toleransi, anti pada ulama2 yang menyeru pada tauhid dan sunnah, atau berdalih menegakkannya dengan cara2 shortcut seperti mencela Saudi sebagai antek Amerika lewat buletin2, mencela pemerintah dan bangsa sendiri sebagai negeri thogut di mimbar2, melakukan aksi anarkis ketika turun ke jalan, mengkafirkan negara yang tidak berhukum dengan hukum Allah versi antum, belajarlah dari pertaubatan beliau (Umar Patek) tentang kebenaran apa yang dia peroleh, pemahaman seperti apa sehingga dia bisa berbalik 180 derajat pada kebenaran. Mencintai negeri ini, dengan dakwah yang lembut, bukan saling membenci. Ya, kebenaran itu datang dengan menegakkan syariat islam mulai dari diri sendiri dan keluarga. Maka jika ada negara yang belum sempurna menegakkan syariat islam, maka bantu menyempurnakan dengan memberi kontribusi positif bagi negeri, bukan mengambil keputusan prematur dengan menghancurkannya sana sini. Jadilah pribumi yang menjadi kebanggaan bangsa dan agama. Bukankah keimanan suatu negeri itu sebagaimana keimanan rakyatnya? Benar memang Indonesia ini milik Allah, tapi wasilah kemerdekaan Indonesia ini diperjuangkan oleh para ulama dan mujahidin bambu runcing dengan segenap keberaniannya bertaruh nyawa melawan penjajah seperti Belanda, Portugis, Jepang, dll. Tugas antum sekarang sederhana; hancurkan egoisme dalam diri, lalu berdiri dan bantu sekuat tenaga demi pembangunan bangsa Indonesia yang lebih baik ke depan. Ingat, islam itu rahmatan lil 'alamiin, bukan rahmatan lil muslimin saja! Akhukum fillah, Erwin Pandu Pratama ( Follow IG : @erwinpandupratama ) #savenkri #deradikalisasi #jokowi #bnptri #islam #saveislam

    A post shared by #jokowi #makassar #sulsel (@politikcelebes) on

    Tak hanya Umar Patek. Putra almarhum Amrozi bin Nurhasyim, Zulia Mahendra juga turut ambil bagian di dalamnya. Dia malah ditunjuk sebagai petugas sekaligus pengerek bendera merah putih.

    Seperti dikutip dari barometerjatim.com, pengerekan bendera dan sikap hormat tersebut merupakan yang pertama bagi Mahendra selama 23 tahun terakhir. Dia mengaku gemetar dan terharu, rasa dendamnya terhadap bangsanya sendiri sejak kematian sang ayah kini sudah hilang.

    Mahendra mengaku sempat membenci Indonesia, negerinya sendiri. Kebencian itu timbul karena negara tega menghukum mati ayahnya yang merupakan satu dari beberapa otak pelaku pengeboman di Bali pada 2002 lalu bersama Umar Patek.

    Perubahan ini juga tak lepas dari keterlibatan sang paman, Ali Fauzi, juga pelaku bom Bali 2002, yang memilih kembali kepada NKRI. Untuk menunjukkan baktinya kepada bangsa, dia menerima ketika ditunjuk sebagai petugas upacara.

    © 2017 barometerjatim.com/Istimewa

    Jika mereka kembali mencintai tanah airnya, bagaimana dengan kamu?

    WHAT DO YOU THINK?
    MUST READ STORIES